Postingan

Jadi ini tentang teman gua yang seorang penulis. Anaknya seru, Humble dan humoris. Dia sering cerita berbagai macam hal sampai lelah dan suka nanya-nanya hal absurd, buat riset tulisan dia.   Anehnya, gua ngerasa selalu berjarak sama dia, meskipun anaknya kelihatan terbuka. Dia tipe yang sering mulai pembicaraan dengan kata "Ini cerita teman gua" atau "Ini cerita yang pernah gua baca entah dimana." Hingga gua sadar, dia hampir sama sekali gak permah cerita tentang diri dia sendiri. Suatu hari, dia nanya ke gua "Ini buat riset novel gua doang si. Kalau lu nerima surat dari temen lu, kira-kira isi macam apa yang lu harap buat baca?" Seandainya..... Seandainya waktu bisa diputar, gua cuma mau meluk dia sekali lagi.
Bagian tersulit dari kedataranmu, adalah menerima bahwa jalan yang kau tuju bukanlah aku. Namun bagian terbaiknya, adalah aku tau, arah kompas kita tidaklah sama. Kedataranmu menekan antusias ku. Terima kasih, untuk tidak membawa ku terbang ke langit-langit harapan, kemudian kau jatuhkan aku sampai sejatuh-jatuhnya ke dasar jurang. Terima kasih, kejujuran dan keterusterangan sikapmu menarik aku pada kesiapan melangkah mundur, sebelum benar-benar berjalan jauh-lalu tersesat di belantara perasaan.
Tolong, berhentilah menggantungkan banyak harapan pada ekspektasi yang akhirnya mematahkanmu seorang diri. Berhentilah, menjadi pelaku penyebab kekecewaan, depresi dan penyiksaan atas dirimu sendiri. Cobalah menjadi pencipta bahagiamu sendiri. Pendengar yang baik untuk apa yang dirimu mau. Sesekali mari berusaha menjadi yang paling mengerti pada diri sendiri. Terlalu berharap di lain raga, hanya ada kecewa dan patah sebagai imbalan. Jadi, sewajarnya saja, sebab kau tahu? terlalu berharap punya peluang luas untuk rasa kecewa.